"Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu adalah menjadi suri tauladan
yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat)
Ilahi dan (kedatangan) hari kiamat dan orang-orang yang senantiasa ingat
kepada Allah." (QS. Al-Ahzab 33: 21).
Sejak dari abad ke abad
telah lahir pemimpin-pemimpin besar di tengah-tengah berbagai-bagai kaum
dan bangsa, baik yang khusus diutus Tuhan sebagai Rasul atau Nabi
maupun yang dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.
Hampir semua
Rasul/Nabi atau pemimpin-pemimpin itu titik berat tugas yang
dilaksanakannya hanya terbatas pada satu atau dua-tiga bidang
kepentingan kehidupan, umpamanya di bidang agama, atau politik saja,
atau ekonomi saja, atau kebudayaan saja dan lain-lain. Tidak ada yang
meliputi semua bidang yang sifatnya menyeluruh, all round.
Berbeda halnya dengan kepemimpinan Nabi Muhammad s.a.w. Mengenai
kepemimpinan Rasulullah itu, dilukiskan oleh Abul A'la Maududi, sebagai
berikut: "Adapun pada diri Nabi Muhammad saw terhimpun dan terpusat
semua sifat-sifat kepemimpinan yang diperlukan, Beliau adalah seorang
Ahli Hikmat, tapi beliau juga seorang pelaksana dari ajaran-ajaran yang
dikembangkannya, seorang negarawan yang ulung, seorang prajurit yang
luar biasa (jenius). Beliau adalah seorang pengatur dan pencipta
undang-undang (legislator), seorang pembina moral dan akhlak. Dia adalah
seorang pembina kerohanian ummat, disamping menjadi pemimpin agama.
Pandangan beliau jauh menembus ufuk cakrawala
kehidupan.Perintah-perintahnya meliputi semua bidang kehidupan, sejak
dari masalah-masalah kecil yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
sampai kepada soal-soal yang bersifat internasional.
Akhirnya
Maududi menyimpulkan : "Nabi Muhammad adalah satu-satunya contoh
kepemimpinan yang lengkap, dimana semua keunggulan/keistimewaan
terkumpul dalam diri seorang pribadi." (He is the only example where all
excellences have been blended into one personality). (The Prophet of
Islam, hal 25).
Baiklah dikemukakan di sini secara singkat
tentang kepemimpinan Rasulullah dalam beberapa bidang supaya bisa
menjadi tauladan bagi kita semua.
Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama.
Beliau mengembangkan agama yang menjadi landasan dalam kehidupan ummat
manusia, tak ubahnya laksana fondasi dari satu bangunan. Landasan itu
ialah TAUHID, yaitu kepercayaan yang bulat dan mutlak terhadap ke-Esaan
Allah SWT dan hanya kepada Allah SWT sajalah manusia wajib berbakti dan
menyembah.
Sebagian besar ummat manusia pada waktu itu tidak
murni lagi kepercayaannya. Sebab di samping percaya kepada Allah, mereka
percaya pula kepada tuhan-tuhan yang lain, malah ada yang menyembah
patung-patung dan berhala-berhala. Ada pula yang percaya kepada pengaruh
udara, matahari, bulan, bintang dan lain-lain yang mereka anggap
menentukan keadaan dan nasib mereka. Apabila ditimpa kesusahan, mereka
minta tolong kepada patung-patung, kalau mendapat nikmat, mereka
memuja-muji berhala-berhala."Kekacauan" dalam bidang kepercayaan ini
membawa pengaruh yang "kacau" pula dalam membentuk pandangan dan sikap
yang buruk terhadap bidang-bidang kehidupan lainnya.Dengan ajaran Tauhid
ini yang beliau ajarkan dan mantapkan kepada ummatnya dalam masa lebih
kurang 13 tahun, akhirnya merupakan sumber yang memancarkan kemurnian,
kekuatan yang mampu mengubah sikap hidup dan cara pikir ummat manusia
pada waktu itu sesuai dengan pokok-pokok misi yang dijalankan oleh
Rasulullah (Muhammad).
Sebagai pemimpin agama, maka titik awal
dan titik berat ajaran yang dikembangkan oleh beliau ialah menanamkan
Tauhid, yang dalam Al-Quran disebutkan dengan predikat
"Syaratun-thaiyibah" ; yaitu pohon yang baik, yang memenuhi
syarat-syarat untuk hidup dan memberikan kehidupan.Apabila pohon Tauhid
itu sudah tegak, kecuali dia kelihatan indah, daunnya yang rindang dapat
dijadikan tempat berteduh di panas yang terik, buahnya bisa dinikmati
kelezatannya, pun mahapenting ia berdiri tegak dan mantap (istiqamah),
tidak bergoncang ditiup angin taufan sekalipun, sebab akarnya telah
tertancap jauh ke dalam bumi (iman yang kuat dan kokoh).
Nabi Muhammad sebagai negarawan.
Setelah Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tenaga inti
yang sudah terlatih dan terseleksi, yaitu kaum Muhajirin, dibantu oleh
kaum Anshar, maka dalam masa kurang lebih 10 tahun, satu masa yang
relatif pendek, Rasulullah telah berhasil membangun satu pemerintahan
Islam, DAULAH ISLAMIYAH, yang lengkap memenuhi unsur-unsur yang
diperlukan dalam membangun dan mengembangkannya.Dalam segala bidang
kehidupan, Rasulullah melaksanakan essensi dari pokok-pokok kehidupan
suatu negara dan ummat, yang dalam kehidupan demokrasi beberapa abad
kemudian terkenal dengan istilah: kemerdekaan, persamaan dan
persaudaraan (liberte, egalite, fraternite).
Ajaran Islam
memberikan hak-hak kemerdekaan kepada pemeluknya yang menjadi
warganegara Kekuasaan Islam yang baru dibangun pada masa itu.
Kemerdekaan berpikir dan kemerdekaan melahirkan pendapat dalam
pemerintahan senantiasa dikembangkan oleh negarawan yang bernama
Muhammad. Di samping itu, baik melalui ketentuan-ketentuan dalam
pemerintahan maupun dalam sikap dan pergaulan sehari-hari, beliau
mengembangkan ruh dan semangat persamaan serta persaudaraan.
Beliau menghapuskan perbedaan-perbedaan karena keturunan, kekayaan,
kebangsaan, perbedaan warna, dan kulit serta lain-lain sebagainya,
sehingga orang-orang asing seperti Salman Al Farisi yang berkebangsaan
Persia, diberikan kedudukan dan memegang peranan yang penting dalam
pemerintahan Islam. Dalam pergaulan dan urusan-urusan keagamaan, seorang
yang berkulit hitam dan tadinya pernah menjadi budak seperti Bilal bin
Rabah, mendapat kedudukan sesuai dengan kemampuannya dan loyalitasnya.
Walaupun kepemimpinan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai utusan Allah
(Rasulullah) senantiasa mendapat bimbingan dan petunjuk Ilahi, tapi
mengenai pelaksanaan sesuatu hal yang tidak ditetapkan oleh wahyu,
beliau selalu bermusyawarah dengan para pembantunya serta para sahabat
pada umumnya, sesuai dengan garis-garis yang ditetapkan oleh wahyu
Ilahi, yang memerintahkan:
"Bermusyawarahlah dengan mereka
dalam beberapa urusan." (QS. Ali Imran 3: 159). "Urusan-urusan mereka
haruslah (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka sendiri." (QS.
As-Syura 42: 38).
Nabi Muhammad sebagai pembangun moral.
Salah satu faset lainnya kepemimpinan Rasulullah ialah tentang misi beliau sebagai pembangun moral, akhlak dan budi pekerti.
Malah justru membangun moral itu merupakan tugas beliau yang utama,
seperti dinyatakan oleh Rasulullah sendiri:"Saya diutus (titik beratnya)
ialah untuk menyempurnakan (membangun) akhlak yang mulia." (Riwayat
Imam Malik). Akhlak itu menjadi mustika (intan-permata) yang
memantulkacahaya yang berkilau-kilau dalam kehidupan manusia. Tak
ubahnya laksana kembang bunga di dalam suatu taman yang menambah
keindahan taman tersebut bila dipandang mata.
Segala
sifat-sifat dan watak yang baik, terpuji, mulia dan yang seumpamanya
adalah termasuk dalam rangkaian akhlak itu. Misalnya saja sifat-sifat:
rendah hati (tawadhu'), penyantun, ramah tamah, pemaaf, penyabar, sopan
santun, ulet, sederhana, jujur, amanah, cerdas (fathanah) dan
berpuluh-puluh sifat lainnya.
Budipekerti yang mulia itu lebih
dahulu diterapkan dan ditunjukkan oleh Rasulullah sendiri dalam
pergaulan sehari-hari, sehingga tidak heran apabila akhlak beliau itu
laksana magnet yang mampu menarik jarum yang berserakan di sekitarnya.
Ucapan-ucapan beliau sesuai dengan sifat dan tingkah lakunya, sesuai kata dengan perbuatan.
Akhlak Rasulullah itu telah berhasil melembutkan hati manusia yang
kesat, menundukkan sikap yang kasar, menimbulkan respek dan simpati
orang banyak, menambah kecintaan orang-orang yang miskin, meyakinkan
kaum wanita atas perlindungan yang diberikannya dan lain-lain
sebagainya.
Dalam hubungan dengan pengaruh akhlak dan sifat
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, disimpulkan oleh Abdur Rahman 'Azzam,
bekas sekjen Liga Arab beberapa puluh tahun yang lalu, sebagai berikut:
"One of the most important aspects of this revolution was the moral and
spiritual transformation which Muhammad examplified in his deeds and
personality and in the principles he advocated in accordance with the
letter and spirit of his message. "Maksudnya :"salah satu aspek yang
paling penting dari perubahan (revolusi) itu ialah penjelmaan akhlak dan
jiwa yang diterapkan oleh Muhammad dalam perbuatan dan kehidupan
pribadinya dan dalam prinsip-prinsip yang dipertahankannya sesuai dengan
kata-kata dan semangat ajaran yang menjadi pokok tugasnya."
(The Eternal Message of Muhammad, hal 77).
Keluhuran akhlak Rasulullah itu telah mendapat pujian dan bimbingan
khusus dari Allah, seperti dinyatakan dalam Al-Quran (yang artinya) :
"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar- benar mempunyai budipekerti
yang agung." (QS. Al-Qalam 68 : 4).
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Apa kata negarawan dan ilmuwan tentang Muhammad
Pilihan saya menjadikan Muhammad pada rangking tertingi tokoh yang
paling berpengaruh di dunia barangkali mengejutkan sebagian pembaca dan
mungkin dipertanyakan oleh sebagain yang lain, akan tetapi dialah
satu-satunya orang yang pernah ada dalam sejarah yang paling berhasil
baik dalam ukuran agama maupun ukuran sekuler. (Michael H. Hart, The
100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, Hart
Publishing Company, Inc. 1987, p. 33)
Kesuksesan terbesar dalam
hidup Muhammad sepenuhnya muncul dari kekuatan moral. Bukanlah kemajuan
agama Islam, namun sifat permanent agama tersebut yang menyebabkan kita
takjub. Kesan yang sempurna dan murni terhadap pribadinya yang ia
pahatkan di Mekah dan Madinah tetap terjaga sekalipun telah berlalu
revolusi masuknya orang-orang India, Afrika dan Turki kepada Al Quran
selama 12 abad. (Edward Gibbon and Simon Oakley in History of the
Saracen Empire, London, 1870).
Saya ingin tahu kehidupan
terbaik seseorang yang pesonanya tertanam di dalam sanubari jutaan orang
saat ini. Saya menjadi yakin lebih dari yang pernah saya alami
sebelumnya bahwa bukanlah pedang yang memenangkan Islam pada saat itu.
Adalah kesederhanaan yang kuat, ekspresi kerendah-hatian dari sang Nabi,
memegang teguh janji, dedikasinya yang tinggi pada para sahabat dan
pengikutnya, keberaniannya, kepercayaanya yang tinggi terhadap Tuhan dan
terhadap misinya. Inilah (yang menjadi kunci keberhasilan), dan
bukannya karena pedang di depan mereka untuk mengatasi setiap rintangan.
Ketika aku menutup volume kedua (dari Biografi sang Nabi), saya sedih
tidak ada lagi yang bisa kubaca dari kehidupannya yang agung tersebut.
(Mahatma Gandhi, dikutip dari harian Young India, 1924)
Saya
selalu memandang agama Muhammad secara tinggi karena begitu hebat
vitalistasnya. Inilah satu-satunya agama yang saya lihat memiliki
kemampuan asimilasi terhadap fase perubahan eksistensi yang membuatnya
menarik pada setiap jaman. Saya telah mempelajari dia (Muhammad),
menurut saya ia adalah manusia yang menakjubkan, dan dalam pandangan
saya sebagai seorang anti-Kristen, ia patut disebut sebagai Penyelamat
Kemanusiaan. … Saya percaya bahwa kalaupun orang seperti dia memilih
cara diktaktor menurut ukuran dunia modern, dia akan berhasil mengatasi
berbagai permasalahan yang ada. Dalam pengertian ia akan menghadirkan
kedamaian dan kebahagiaan. Saya telah memperkirakan bahwa kepercayaan
Muhammad akan bisa diterima oleh Eropa di masa yang akan datang
sebagaimana ia telah mulai diterima Eropa saat ini. (Sir George Bernard
Shaw, The Genuine Islam, Vol. 1, No. 8, 1936)
Dr Joe Leigh
Simpson adalah Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi, Profesor
Obstetri dan Ginekologi, dan Profesor Molekular dan Genetika Manusia di
Baylor College of Medicine, Houston, Texas, Amerika Serikat.
Sebelumnya, dia adalah Profesor dari Ob-Gyn dan Ketua Departemen Ob-Gyn
di University of Tennessee, Memphis, Tennessee, Amerika Serikat. Dia
juga Presiden Fertility Society Amerika.
Profesor Simpson mempelajari dua perkataan berikut Nabi Muhammad:
"Di setiap salah satu dari kalian, semua komponen kreasi Anda dikumpulkan bersama dalam rahim ibumu oleh empat puluh hari ..."
"Jika empat puluh dua malam telah melewati embrio, Tuhan mengirimkan
malaikat untuk itu, yang membentuk dan menciptakan pendengaran, visi,
kulit, daging, dan tulang ...."
Ia belajar dua perkataan Nabi
Muhammad secara luas, mencatat bahwa empat puluh hari pertama merupakan
tahap jelas dibedakan embrio-genesis. Dia sangat terkesan dengan
ketepatan dan keakuratan dari mereka perkataan Nabi Muhammad. Kemudian,
dalam salah satu konferensi, dia memberikan pendapat sebagai berikut:
"Jadi bahwa kedua hadits (perkataan Nabi Muhammad) yang telah dicatat
memberikan kami sebuah meja waktu tertentu untuk pengembangan
embriologis utama sebelum empat puluh hari.
Sekali lagi,
intinya telah dibuat, saya pikir, berulang kali oleh pembicara lain pagi
ini: hadits ini tidak mungkin diperoleh atas dasar pengetahuan ilmiah
yang tersedia [at] saat menulis mereka. . . . Ini mengikuti, saya pikir,
yang tidak hanya tidak ada konflik antara genetika dan agama tetapi,
pada kenyataannya, agama bisa membimbing sains dengan menambahkan wahyu
kepada beberapa pendekatan ilmiah tradisional, bahwa tidak ada
pernyataan dalam abad ditampilkan Quran kemudian akan berlaku, yang
pengetahuan dukungan dari Qur'an diturunkan oleh Allah.
Dr E.
Marshall Johnson adalah Profesor Emeritus Anatomi dan Perkembangan
Biologi di Thomas Jefferson University, Philadelphia, Pennsylvania,
Amerika Serikat. Di sana, selama 22 tahun ia adalah Profesor Anatomi,
Ketua Departemen Anatomi dan Direktur Institut Daniel Baugh.
Dia juga Presiden Society Teratology. Dia telah menulis lebih dari 200
publikasi. Pada tahun 1981, selama Konferensi Kedokteran Ketujuh di
Dammam, Arab Saudi, Profesor Johnson mengatakan dalam penyajian makalah
penelitiannya:
"Ringkasan: Qur'an menjabarkan tidak hanya
perkembangan bentuk eksternal, tetapi menekankan juga tahapan internal,
tahapan dalam embrio, penciptaan dan pengembangan, menekankan peristiwa
besar yang diakui oleh ilmu pengetahuan kontemporer.
Juga dia
berkata: "Sebagai seorang ilmuwan, saya hanya bisa berhubungan dengan
hal-hal yang dapat saya lihat. Saya bisa memahami embriologi dan biologi
perkembangan. Saya bisa mengerti kata-kata yang diterjemahkan kepada
saya dari Quran.
Seperti yang saya berikan contoh sebelumnya,
jika saya berpindah waktu ke jaman itu, mengetahui apa yang saya tahu
hari ini dan menjelaskan sesuatu, saya tidak bisa menggambarkan sesuatu
yang telah dijelaskan.
Saya tidak menemukan bukti untuk fakta
untuk menyangkal konsep bahwa orang ini, Muhammad, harus mengembangkan
informasi ini dari tempat lain. Jadi saya melihat apa-apa di sini
bertentangan dengan konsep bahwa campur tangan Ilahi terlihat dalam apa
yang ia mampu untuk menulis "
Dr William W. Hay adalah seorang
ilmuwan kelautan terkenal. Dia adalah Profesor Ilmu Geologi di
University of Colorado, Boulder, Colorado, Amerika Serikat. Dia adalah
mantan Dekan dari Sekolah Rosenstiel Ilmu Kelautan dan Atmosfer di
Universitas Miami, Miami, Florida, Amerika Serikat. Setelah diskusi
dengan Profesor Hay tentang Quran menyebutkan fakta-fakta baru ditemukan
di laut, katanya:
"Saya merasa sangat menarik bahwa informasi
semacam ini dalam kitab suci kuno dari Al-Qur'an, dan aku tidak punya
cara untuk mengetahui di mana mereka akan datang, tapi saya pikir itu
sangat menarik bahwa mereka ada dan bahwa pekerjaan ini adalah terjadi
untuk menemukannya, arti dari beberapa bagian "Dan ketika ditanya
tentang sumber Quran, ia menjawab:". Nah, saya akan berpikir itu harus
menjadi dewa "
Dr Gerald C. Goeringer adalah Direktur Kursus
dan Profesor Kepala Embriologi Kedokteran di Departemen Biologi Sel,
Sekolah Kedokteran, Universitas Georgetown, Washington, DC, Amerika
Serikat. Selama Konferensi Kedokteran ke-Saudi di Riyadh, Arab Saudi,
Profesor Goeringer dinyatakan bahwa dalam penyajian makalah
penelitiannya:
"Dalam ayat yang relatif sedikit (ayat Alquran)
yang terkandung penjelasan lebih komprehensif perkembangan manusia dari
waktu percampuran dari gamet melalui organogenesis. Tidak ada catatan
yang berbeda dan lengkap dalam pembangunan manusia, seperti klasifikasi,
terminologi, dan deskripsi, ada sebelumnya.
Dalam sebagian
besar, jika tidak semua, kasus, deskripsi ini antedates oleh beberapa
abad rekaman dari berbagai tahap perkembangan embrio dan janin manusia
yang tercatat dalam literatur ilmiah tradisional "
Dr Yoshihide
Kozai adalah Profesor Emeritus di Universitas Tokyo, Hongo, Tokyo,
Jepang, dan Direktur dari National Astronomical Observatory, Mitaka,
Tokyo, Jepang. Dia berkata:
"Saya sangat terkesan dengan
menemukan fakta-fakta astronomi benar di al Quran, dan bagi kami para
astronom modern telah mempelajari bagian yang sangat kecil dari alam
semesta. Kami telah memusatkan upaya kita untuk memahami [a] bagian yang
sangat kecil.
Sebab dengan menggunakan teleskop, kita dapat
melihat hanya bagian sangat sedikit [dari] langit tanpa berpikir
[tentang] alam semesta. Jadi, dengan membaca [ini] Quran dan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan, saya pikir saya dapat menemukan jalan
masa depan saya untuk investigasi alam semesta.
Profesor
Tejasen Tejatat adalah Ketua Departemen Anatomi di Universitas Chiang
Mai, Chiang Mai, Thailand. Sebelumnya, dia adalah Dekan Fakultas
Kedokteran di universitas yang sama. Selama Konferensi Kedokteran
ke-Saudi di Riyadh, Arab Saudi, Profesor Tejasen berdiri dan berkata:
"Selama tiga tahun terakhir, saya menjadi tertarik dalam Quran. . . .
Dari penelitian saya dan apa yang saya pelajari dari konferensi ini,
saya percaya bahwa segala sesuatu yang telah dicatat dalam Quran seribu
empat ratus tahun yang lalu harus menjadi kebenaran, yang dapat
dibuktikan dengan sarana ilmiah.
Karena Nabi Muhammad tidak
bisa membaca dan menulis, Muhammad pasti seorang utusan yang
menyampaikan kebenaran ini, yang diwahyukan kepadanya sebagai pencerahan
yang oleh orang yang memenuhi syarat [sebagai] pencipta. Pencipta ini
harus menjadi Allah.
Oleh karena itu, saya pikir ini adalah
waktu untuk mengucapkan La ilaha illa Allah, tidak ada Tuhan selain
Allah (Tuhan), Muhammadur rasoolu Allah, Muhammad adalah Rasul (Nabi)
Allah (Tuhan).
Terakhir, saya harus mengucapkan selamat untuk
pengaturan yang sangat baik dan sangat sukses untuk konferensi ini. . . .
Yang saya dapatkan tidak hanya dari sudut pandang ilmiah dan sudut
pandang agama tetapi juga kesempatan yang bagus bertemu banyak ilmuwan
terkenal dan membuat banyak teman baru di antara para peserta.
Yang paling berharga dari semua yang telah saya peroleh dengan datang ke
tempat ini adalah La ilaha illa Allah, Muhammadurrasolulloh, dan telah
menjadi seorang Muslim.
"Muhammad adalah seorang jenius yang sangat luar biasa.
Berbeda dengan Kristus, Muhammad bukanlah figur kegagalan, namun figur dengan keberhasilan yang mengagumkan.
Perhatian pada apa yang ada di sini dan di saat ini menjadi ciri khusus
Islam : tak ada seorang realis yang melebihi Nabi Muhammad SAW, yang
merupakan seorang jenius politik sekaligus spiritual."
(Karen Armstrong, dalam A History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam)